Minggu, 27 Desember 2009

I'VE NEVER FELT LIKE THIS BEFORE

Sudah seminggu aku menunggu mood-ku baik untuk menuliskan ini, karena aku tahu beberapa hari kemarin kalopun aku memaksa, yang keluar hanya sampah, racun dan semua hal buruk yang ada di hati, pikiran dan omonganku...

Ya, aku ga pernah merasakan hal ini sebelumnya...hal yang sama sekali ga enak, hal yang sama sekali perih, hal yang sama sekali sakit, i'm in trouble with devil...Entah setan macam apa, dari neraka mana yang membuat aku kalap, marah, muntab dan kejam...
Semoga saja itu termasuk hal wajar yang kulakukan, karena lagi-lagi, aku ga pernah ngerasa dan ngalamin ini sebelumnya...

Sudah kutumpuk perlahan-lahan dengan atau tanpa diminta olehnya, kata "percaya dan cinta", susah payah itu tidak hanya kulakukan untukku, untuknya, tapi juga dengan mereka orang-orang di sekitarku...sekarang, tumpukan itu belum sempurna, sudah hancur sampai berlubang ke dasar menjadi keras...

Aku ga menyebut ini sebuah perjuangan kita yang sia-sia, tapi ini adalah perjuangannya yang tak tau diri, perjuangan yang sedikit terlihat tapi menutup mata untuk disyukuri, atau perjuangan yang belum terlihat hasilnya sudah lebih dulu dilangkahi untuk bersombong diri...
Aku merasa sangat dikhianati oleh kadar yang sudah kuanggap overdosis, merasa sangat percuma atas usaha yang seberapa, merasa sangat takut untuk kembali kepada keyakinan dunia nyata, merasa tertampar oleh karet paling tipis dan panas...ya, panas, sampai hati ini rasanya mau meledak saking gerahnya...


Masih juga bertanya kenapa harus sesakit ini, separah ini, apa salahku, apa benarku, apa muaranya, bagaimana bisa sehina ini, menjijikkan, sampai muak aku dipermainkan oleh perasaan ini..tapi tak ada jawaban pasti untuk menebas semua dari akarnya...

Aku ga pernah seperti ini, dipermainkan perasaan, prasangka, pesimistis dan pikiran-pikiran untuk menyakiti orang karena aku pun disakiti...aku ga pernah setidakrela ini menerima apa yang sudah diperbuatnya atasku...

Sulit rasanya menerima kenyataan pahit ketika yang terlihat hanyalah kenyataan yang manis...sulit rasanya percaya hal yang pasti ketika yang terlihat hanya kesemuan...sulit berdamai dengan hati yang marah ketika hati ingin damai...

Minggu, 15 November 2009

NAFKAH

Begitu mendengar kata ini pasti kita akan mengasosiasikannya dengan benda yang bernama uang. Ga bisa dipungkiri kalo yang namanya uang adalah hal penting saat manusia hidup, makan pake uang, beli minum pake uang, kontrak rumah pake uang, bayar listrik pake uang, parkir mobil pake uang bahkan buang air juga pake uang, terkenal banget tuh istilah pedagang “ada uang ada barang”. Sumber uang ini bisa darimana saja, kita bekerja untuk dapet uang, kita mengemis untuk bisa dapet uang atau kita hanya diam saja dan uang akan datang dengan sendirinya. Nah, nafkah ini menurut arti sempit di otakku adalah uang yang diberikan laki-laki pada perempuan atas hasil kerja kerasnya untuk menghidupi kehidupan kecil mereka. Kehidupan kecil ini aku masih belum bisa mengategorikannya seperti apa, entah itu cuma hubungan pertemanan, pacaran atau sudah menikah.

Langsung ke contoh saja kalau begitu, haha.. Beberapa kali pergi dengan teman laki-laki, kami mengalami yang namanya otot-ototan akan bayar-membayar dan akhirnya para teman lelakiku itu yang mengeluarkan uang paling banya. Yaah, siapa sih yang ga seneng barang gratis, karena katanya sih di dunia ini yang gratis yang cuma udara... Naik jenjangnya menjadi pacar, beberapa pasangan khususnya cewek akan mengetes seberapa loyalkah calonnya dengan meminta ini itu, atau bahkan hanya dengan memberikan pancingan-pancingan untuk tahu juga seberapa pengertianyakah si cowok menanggapai keinginannya. Mungkin beruntung bagi cowok yang punya pasangan tidak secerewet itu, ga bakal repot mengurusi dan ga bakal banyak pengeluaran, i do nothing with this things. “Yang, baju yang warna hijau tadi itu bagus ya, bagus ga kalo aku yang pake?” atau “Say, sandalku yang kemaren itu talinya putus padahal aku suka banget, beliin lagi doong..” Yaah, ada ucapan langsung dan ga langsung, eksplisit dan implisit. Mengapa mereka melakukan tes itu? Terlepas dari cewek itu matrealistis mereka mungkin akan mengatakan, “Yaiyalaah,kalo ga buat aku duitnya buat siapa”, “Kalo ga dites kita ga bakal tahu dia ntar pelit ga ma kita pas udah nikah dan punya anak”.

Nikah?Punya anak? Oke, one step ahead, marriage. Baru saja melihat artikel di majalah dengan kalimat “pernikahan tanpa cinta adalah sebuah kehampaan, pernikahan tanpa uang adalah kesengsaraan” Hmm, ini mungkin yang banyak orang akan sepakat /nafkah baru bisa diberikan dan diterima saat kita sudah menikah. Suami akan menafkahi secara lahir maupun batin kepada istrinya, baik istrinya juga berkerja ataupun tidak (ini soal lahiriah), hanya itu yang bisa diartikan berdasarkan pengetahuan agama dan pengertian harfiahku yang kurang. Demikian halnya bagaimana seharusnya itu dilakukan. Based on a story and looking around, ada suami yang memberikan berapa persen atau bahkan semua gaji pada istrinya, tapi ada juga suami yang tidak memberikan gajinya kepada istri karena ia sendiri sudah bisa mengatur apa saja yang akan dikeluarkan oleh rumah tangga tersebut. Bener ga sih tindakan seperti itu? There’s so many reason, katanya menafkahi bukan hanya sekedar menyerahkan uang kepeda istri untuk bisa diatur, tapi secara dalil mungkin itu sudah menjadi kewajiban. Kalau melihat sisi yang lain, mengapa istri harus mendapatkan uang itu karena paling tidak ia jadi tahu berapa jumlah gaji yang sebenarnya diterima suami dengan asumsi yang mengatakan bahwa laki-laki kalau punya uang banyak akan sedikit mengalokasikan uangnya untuk selingkuh, what?! Dugaan-dugaan seperti ini yang terkadang membuat suami istri jadi tidak saling percaya, mungkin kalau uang dipegang istri, suami mengira uang habis untuk dipakai berbelanja barang ga penting. Kalau suami yang pegang uang maka akan ada kemungkinan seperti yang sudah kutuliskan, many worst thing could be happen.

Sekali lagi bukan soal urusan matrealistis, untuk saat ini aku jadi agak melek dan berusaha realistis juga kalo dari sekarang kamu harus bisa melihat keseriusan pasangan tidak hanya dari pengertian saat kamu sedang sedih, marah atau sebel tapi juga pengertian akan bagaimana bisa mengatur keuangan untuk berdua.

Jumat, 13 November 2009

“Bocah kecil, kecil juga susahnya. Bocah gede, gede juga susahnya.”

Entah hal ini pernah dialami oleh sebagian orang atau tidak, tetapi apa yang kualami sekarang ini mungkin sedang dirasakan juga oleh sebagian orang yang lain. Hidup pada satu titik dimana kita harus memilih, memilih untuk makan tahu daripada tempe, memilih untuk lebih suka musik jazz ketimbang musik dangdut, memilih pergi ke mall daripada ke pasar dan yang lebih serius yaitu memilih untuk bahagia atau bersedih.
Semakin dewasa kita akan semakin dihadapkan pada pilihan yang sangat kompleks dan rumit karena banyak keinginan, kebutuhan serta kepentingan. Seperti kata pengarang PAT “Bocah kecil, kecil juga susahnya. Bocah gede, gede juga susahnya.”

Tidak bermaksud menyamaratakan bahwa semua kehidupan seseorang akan seperti itu, tapi apa yang terjadi padaku baru-baru ini sedikit banyak membuat aku berpikir dan mencoba menulis ini.
Dulu sewaktu aku kecil (melihat juga kondisi adik-adikku sekarang), sering dilarang untuk ini itu, hujan-hujanan ga boleh, main layangan ga boleh, main pasir dilarang, jajan sembarangan diantisipasi dengan membawa bekal dari rumah. Semakin bertambah umur, teman semakin banyak dan pandangan akan dunia bertambah, bahwa ada yang namanya nonton bioskop, pergi makan traktiran temen, ada jalan-jalan atau main basket di Timezone...
Masuk jenjang yang lebih tinggi tahapan umurnya, aku mulai kenal yang namanya chatting dan dunia maya, mulai tertarik untuk backstreet, bersemangat untuk ikut kegiatan yang tidak terkungkung aturan, ekstrim tapi santai macem pecinta alam, mulai suka dan addict sama band dan hafal lirik lagu-lagu tertentu dari mulai jaman Linkin Park, Radiohead, atau Padi dan Ari Lasso sampai pengeeen banget bisa ngeliat konser Maliq&d’Essentials secara live...
Tumbuh menjadi bocah gede pun masih saja disibukkan dengan pilihan, bahwa aku akhirnya harus membenamkan keinginanku untuk masuk psikologi dan berbelok ke komunikasi, mencoba dunia model dan broadcast yang aku suka tapi tidak total, tertarik pada film dan berusaha loyal di dalamnya, berorganisasi dengan konsekuensi yang tidak sedikit…Kalau diingat rasa-rasanya aku waktu itu tidak boleh bergaul dengan teman satu kompleks untuk bermain di sore hari, tidak boleh menginap di rumah teman, tidak boleh ikut hiking, tidak boleh nonton konser, tidak boleh pacaran, tidak boleh kuliah di luar malang dan ketidakbolehan yang lain..
Semua hal itu sudah kulalui dengan senang hati, tanpa keterpaksaan dan pemberontakan yang fatal. Aku juga ga tahu sebenarnya diriku yang dewasa adalah yang sekarang atau dulu, yang bisa dengan legawa menerima karena merasa itulah bentuk kekhawatiran dan kasih sayang orang tua…atau malah yang sekarang yang ingin memberontak.

Ya, memang akhirnya sampai pada titik ini, titik dimana aku sudah menyelesaikan studiku dan seharusnya memulai hal baru dalam hidupku... Let say, aku harus bekerja dan mandiri. Masalah aku bekerja sebenarnya adalah konsekuensi dari mana aku menyelesaikan kuliahku, idealnya…tapi tuntutan yang ada saat ini mengatakan lain. Itulah yang sepertinya tidak dipahami oleh orang-orang konservatif seperti orang tuaku (sorry to say), mereka tetap beranggapan bahwa apa yang diberikan negara dengan menjadi PNS adalah keselamatan untuk masa depanku dan mereka “memaksa” untuk tetap berada di jalan yang lurus tanpa resiko.
Walaupun aku dibiarkan untuk mencari dan mendapatkan apa yang aku inginkan, tapi mereka tidak mau tahu akan resiko yang akan dihadapi olehku jika ada yang di luar jalur, penerimaan yang sulit memang. Sebenarnya juga masih gamang dan takut apakah aku akan bisa menjalani dunia di luar “buku panduan hidup aman” itu atau tidak, tapi kalau aku ga mencobanya mau dikemanakan mimpi-mimpiku, keinginanku, kebutuhanku, paling tidak walaupun sedikit atau sebentar, aku sudah pernah merasakan mimpi itu...

Kapan lagi sih bisa membahagiakan orangtua, begitu kata banyak sodara, aku pengen, I wish, I will and it should be... tapi jadi muncul pertanyaan jahat dipikiranku, apakah pemberontakan ini adalah sebuah bentuk akumulasi ketidakterimaan akan minimnya apresiasi atas prestasi untuk membahagiakan mereka? dunno..

Apa yang harus aku lakukan sekarang adalah hanya menanamkan keyakinan pada diriku sendiri bahwa aku mampu membuat “buku panduan hidup aman part.2”. Tentu dengan versiku sendiri, dengan keyakinan-keyakinan yang harus kukatakan setiap hari, dengan pembuktian bahwa ini baik dan juga berguna, dengan menguatkan hati dan pikiran bahwa semua pilihan hidup itu ada resikonya dan berkata “ini akan baik-baik saja”.

Rabu, 09 September 2009

Perubahan Untuk Standart

Suatu malam aku sedang berkumpul dengan sahabat-sahabat lamaku, kita ngobrol sambil makan yang berlebihan. Biasanya kalo udah kumpul gini jarang ada yang mau cerita dari hati ke hati, karena kesempatan buat kumpul emang jarang banget jadi ga mau ada sedih-sedihan. Sahabat cewekku yang biasanya cuma cerita sama aku soal masalah pribadinya, tiba-tiba ngomong masalahnya, walaupun tanpa emosi (baca : nangis). Dia cerita soal hubungan pacarannya yang baru aja menginjak setengah tahun, backstreet, karena ga bakal disetujui sama keluarganya, dia tahu pasti itu. Temenku ini adalah anak dari salah satu orang terpandang dan dia sendiri juga orang yang cukup populer, entahlah itu adalah variabel masalahnya atau tidak tapi yang jelas si Ibu tidak mungkin menyetujui hubungan ini karena sang pacar sudah dicap tidak baik karena pergaulannya. Belum lagi latar belakang pendidikannya yang membuat dia hanya bekerja di salah satu tempat periklanan, tambahan lagi kata temanku, dia cuma cowok yang asalnya dari desa dan cuma dia yang berpendidikan di keluarganya, sudah pasti akan sangat sulit diterima oleh keluarga temanku. Sejauh ini, temanku bilang kalau hubungannya baik-baik saja bahkan si cowok mau berubah dari yang awalnya merokok jadi ga dan mau lebih berusaha akan hidupnya demi temanku, yah walaupun entah nantinya akan bisa bersama atau tidak, paling tidak si cowok sudah mau berusaha untuk dirinya sendiri, ga akan ada yang rugi kurasa.

Malam itu mengingatkan aku akan cerita lainnya. Ada seorang teman yang mengalami hal yang sama, hubungan pacaran yang awalnya juga backstreet dan sekarang sudah membaik, masih belum tentu disetujui karena punya masalah latar belakang keluarga. Si cowok hanya orang dari keluarga di desa yang berpindah agama, sedangkan temanku sangat saklek dengan agamanya. They’re same now, tapi ibu temanku pasti tidak akan mau menerima hal-hal yang berbau campuran. Hampir berapa kali hubungan ini naik turun, tapi salut banget buat si cowok yang pantang menyerah, bener-bener mau berubah dan tau caranya berbuat untuk temanku dan keluarganya.

Berbeda dari dua cerita tadi, ada satu teman yang lagi-lagi perempuan bercerita. Berkali-kali dia pacaran dan deket sama cowok, tapi ga sesuai dengan kriteria yang diinginkan oleh orangtuanya. Yang kurang baik kelakuannya, yang ga oke pekerjannya, yang ga bagus pendidikannya, semua dinilai pantas atau tidaknya untuk temanku yang itungannya waktu itu masih umur 21 tahun. Aku sih ngerasanya dia jadi ga bisa bebas menentukan kebahagiannya, tapi dia berpikir bahwa dengan pacar yang sekarang, yang notabene sudah waktunya untuk menikah dan sesuai kriteria orangtuanya, dia ga terpaksa dan bahagia karena sudah ga perlu kompromi lagi dengan orang tuanya, give up to get her own happiness.

Dari tiga cerita tadi aku ngerasa memang, each family have their own standart of everything that they sould get it in. Apapun halnya pasti latar belakang akan ngaruh banget. Ya, ya, ya, apa yang kata orang tua bibit, bobot, bebet ituu. Siapa sih yang mau anaknya yang seorang sarjana dapet menantu yang cuma dari diploma, mana ada orangtua yang mau kluster keluarganya tercampur sama yang bener-bener tidak diinginkannya, yah walopun sedikit menyakitkan, but its real. It’s okelah kalo emang kita punya standart kita ga akan dilecehin sama orang, tapi kalo standart itu menghalangi kebahagiaan, masa ya harus dipertahankan. Tapi aku percaya banget, dimana kita tinggal, dalam hal ini keluarga, maka kita akan secara ga langsung sadar, tau dan menerapkan standart itu dengan kompromi tentu saja. Adanya standart entah itu tinggi atau rendah, paling tidak juga akan membuktikan seberapa mampu, kuat dan serius sesuatu diperjuangkan untuk didapatkan dan dipertahankan. Paling tidak kalaupun tidak berhasil didapatkan, tidak ada sesuatu pelajaran yang percuma karena berubah demi apapun itu semoga adalah yang baik.

Selasa, 09 Juni 2009

Escape

Minggu kemarin adalah minggunya berlari-larian ala kucing...haha, sebenernya pengen ketawa kalo inget kejadian ini, tapi bikin sedih juga... Ceritanya awal minggu aku udah di Surabaya untuk memenuhi panggilan Suara Surabaya buat magang awal Agustus nanti yang pada akhirnya harus bikin aku cuma punya waktu efektif satu bulan buat nyelesein skripsi tanpa intervensi dari manapun (rasanya sulit, hihi..) Di SS dari siang sampe malem dan sudah ada yang tidak sabar ingin bertemu, tulang tuaku, iv dataaang!! Jadi seminggu sudah kujadwalkan untuk menyelesaikan semua sesi wawancara yang kurang dan sudah pasti ketemu sama mas-mas kurus kering itu. Nah, ngomong-ngomong soal kurus kering ini, jadi di hari Selasa aku datang ke HRFM dan mewawancari semua orang plus ngasih training minum susu buat Erya, mukanya udah aneh aja kusuruh minum susu itu, sampai rumah harus dihabisin ya, giliiing 1 liter (beberapa hari kemudian dia trauma, masih bungkam soal minum susu, haha)

Hari berikutnya kita ga ketemu, aku ke Unair aja ah daripada ngerjain di rumah banyak slewengannya dan di sela-sela ngerjain ada sebuah ide muncul dari Erya via YM buat escape hari Kamis buat jalan-jalan, setelah denger kabar kalo ibu dan eyang akan dateng hari Jumat. It means we can’t go for a date on weekend...gila aku rasa, ga usah aneh-aneh deh! Tapi dasar tulang tua, udah hampir osteoporosis kali ya, katanya badannya emang pegel-pegel pengen istirahat. Ya sutrahlah akhirnya dengan jumper abu-abunya, Kamis sore sambil nganter kerjaan, kita escape dan nonton Night At The Museum II, ngakak ga karuan gara-gara Ben Stiller yang bolak-balik ditampar monyet. Escape pertama berhasil dan ditutup dengan maem Mi Kencan Pertama, hahaha...
Datanglah hari Jumat dan aku kembali datang untuk menyelesaikan interview, skripsi oh skripsi, interview emang gampang, tapi ngerjainnya mulai darimana ga tau, heuu...Hari itu kok kayaknya bentar banget, mungkin karena yang awalnya aku ada rencana jam 1 dah di sana harus mundur sejam gara-gara pembantu yang escape dari rumah, damn! Pulang jam 7 kurang ¼ masih blum ada orang di rumah, rombongan juga blum dateng, tapi begitu dateng harus beres-beres rumah sampe besok harinya, Sabtu. Capek banget nyapu rumah tanteku itu, saking gedenya nyapu aja butuh waktu 1 ½ jam, ga sopan! Leyeh-leyeh bbaca koran kok ada NBA Madness yang sepertinya seru sekali, duuh, pengen nontooon...Entah kenapa hari-hari kemaren aku ni nying-nying terus pengen ketemu, sial, kukirim SMS dan kita berusaha escape lagi. Tante udah ngasih jalan dan akhirnya Nadya jadi senjata utama kita bisa ketemu di NBA Madness, bahagianyaaa...Kutulis status fesbuk “Mengefisiensikan waktu yang hanya 2 jam” karena sampai di sana sudah jam 4 dan dia harus pergi ke kondangan jam 6... Tapi yang ada, kita bertiga di sana sampe jam 9 malem, gimana to hee? Besok ga ketemu lagi ya? Ga tau lagi ya kapan ketemunya?

Eh, tapi jangan salah, hari Minggu ga sengaja kita sama-sama ke TP dan ketemu lagi di sana. Rencananya emang aku ikut tapi mau nyelesein nranskrip yang sempet ketunda gara-gara harus jadi pembokat dadakan, jadi cari tempat yang enak buat nggarap. Rekomendasinya adalah satu gerai kopi yang ada di bagian depan, Grazia. Kita duduk berdua di sana, pesen minum dan aku buka leptop buat mulai nggarap, dia baca komik. Tante kukirimi SMS bilang kalo aku ada di sana, lha kok selang beberapa menit ibu telepon kalo udah ada di depan Grazia! Reflek tulang tuaku ini langsung berdiri, bawa minumannya ke kursi di balik tembok, dan aku pergi keluar menyambut keluargaku yang udah kayak detektif handal jepit. Eeh, blum sampe keluar, adik-adik kecilku yang usil itu nyeret aku balik ke meja dan ngeliat aku lagi sama siapa dan “Ooh, sendirian to mbak..” Hihi, aku ini ngempet ngguyu sambil tetep sok cool dan bilang kalo aku mo nggarap dulu di sini, ntar kalo udah selesai kusamperin deh (tante kayaknya udah tau deh).... Mereka pergi dan entah kenapa pas kita ketawa berdua, ada perasaan was-was yang ga bisa ditutupi. “Nunggu momen yang enak, biar ketemunya juga enak”, akhirnya bikin pisah yang ga enak emang hari itu, tapi thanks banget buat arsiteknya Grazia yang udah bikin gerainya ciamik, bikin penutupan gila di minggu ecape ini...ngomong-ngomong, jadi penasaran sama artinya Grazia? Haha, thanks banget...

Senin, 30 Maret 2009

Surpriseeeee!!!

Biasanya kejutan itu dateng di waktu-waktu yang spesial, kayak ulang tahun, hari jadi atau apapun yang berhubungan sama hal-hal yang akan dirayakan. Biasanya juga aku berhasil merencanakan kejutan-kejutan yang rapi tanpa diketahui, dan bisa mengira-ngira apa yang akan direncanakan orang padaku, yaaah...pada dasarnya orang kan suka sama kejutan, apalagi yang bikin seneng. Mmm, dan dua hari lalu, sebenarnya sudah punya sedikit pikiran bodoh kalo aku akan diberi sedikit kejutan, who knows?

Membayangkan kayak di film-film bakal ada seseorang yang menyambut atau mengejarku di satu tempat publik untuk mengatakan sesuatu sebelum aku pergi karena tidak ingin terlambat, haha...khayalan yang hina, ga mungkin dan terlalu menye-menye pikirku. Tapi, yang terjadi hampir mirip nyerempet sama pikiran itu....pas ada suara yang familiar menyapaku sambil tertawa “Mo kemana mbak?” dan berjalan mengiringiku. Hah?! Apa?! Aku dijebak! Aku dibodohi! Aku ditelikung! Sambil nunduk dan terus berjalan lebih cepat ke arah kendaraan, menyembunyikan malu yang sangat, aku terus mengumpat kebodohan apalagi ini?? Sedangkan ada, entah berapa makhluk, yang lagi ketawa-ketiwi usil melihat mukaku yang jadi warna-warni kaya traffic light.

Di perjalanan (yang sepertinya sangat sebentar) itu, aku masih mencak-mencak dan merasa ini ga mungkin terjadi, deg-degan, yup! Masa sekarang sih? Apa iya? Di sini? Hari ini? Tarik nafas ga membuat perasaan jadi tenang, hmmm...sepertinya hal yang sama dilakukan olehnya. Baiklah, pasang tampang tenang aja deh, sampiran senyum ini kok ga mau dilepas sebentar sih? (masih mengumpat, maunya kan macak cool) Ah, sudahlah aku menyerah. Daaan, momennya tiba, di hadapan muka yang jaraknya ga ada 30 cm (bisa bikin mata rusak kayaknya), sebuah kalimat terucap, and brushing! Mencoba meyakinkan diri, karena ini adalah momen yang ditunggu-tunggu (mungkin) oleh kita.

“There’s no reason, i have no idea if you ask about ‘why’, i just see myself in you” Hooaaaah, kata-kata apa itu? Kembali mencerna, karena ternyata ini adalah hal pertama buat kami, kejutan kembali datang dan semakin tak percaya! Terkejut tak percaya ada yang akan “berani” mengatakan langsung dan membuatku berbuat hal serupa! Terkejut karena setelah kuingat-ingat lagi di hari sebelumnya, coklat Silver Queen-ku dengan berani diambil 1/2, (dipaksa) dikunyah dan ditelan tanpa minum! Weits, sepertinya itu baru pemanasan dan ini intinya.

Ehem, terlepas dari kejutan yang seru, bodoh dan menyenangkan ini, sebenarnya sudah disiapkan jauh-jauh hari, bahwa nantinya akan merasa nothing to lose ajalah, karena merasa terlalu tinggi untuk digapai, terlalu jauh untuk bisa dekat, terlalu belum siap, terlalu rendah diri untuk merasa tepat, dan masih banyak lagi...but I already realized that I must try to move on more and more to get close with happiness out there.

Selasa, 24 Maret 2009

Demi Kesehatan

Hampir setiap bulan,satu kali di hari Selasa,aku meluangkan waktu buat nganter ibu check up di RS yang bisa pake kartu asuransi kesehatan dari negara itu..

Mungkin karena murah dan setiap orang (sepertinya) bisa mendapatkan kemudahan,ni tempat kalo pagi udah kaya 5 pasar dijadiin 1,rammeeee..
Mulai dari anak kecil baru brojol nangis huahuaa,mbak-mbak yang mau tes lab,sampe bapak-bapak yang linu giginya..

Mereka ngantri di loket dah kaya mo dapet BLT,mondar-mandir sambil bawa hasil rontgen,dan ada yang tenang-tenang duduk sambil terkantuk-kantuk..

Mungkin udah biasa kalo pas nganter ibu ke poli tu,jam1/2 8 yang namanya antri udah di urutan 60 sekian..jadi,usut punya usut ternyata beberapa orang dateng jam 1/2 6 pagi buat ambil antrian awal,pulang,trus balik lagi jam 8..tapi yang rumahnya di ujung kota harus rela berangkat dari rumah habis subuh,ckckck,demi...

Menunggu bagi sebagian orang sangat menjemukan,tapi demi kesehatan apapun dilakukan,termasuk memanfaatkan "orang dalam"..
Sedikit tidak setuju dengan tindakan-tindakan seperti ini,disaat yang lain sudah ngantri dengan mringis nahan sakit,kita yang biasa aja malah seenaknya sendiri main nyalip..but,i've ever been..

Satu hari beberapa bulan lalu,aku (kembali) harus memeriksakan sesuatu,sendiri..sedikit takut karena terakhir ke area ini 2 tahun lalu dan ga tau akan divonis apalagi...Ibu menyuruhku meminta bantuan temannya yang tidak lain tidak bukan ya "orang dalam" itu,oke kuturuti..
Setelah bertemu,aku dibawa untuk diperiksa..daan,yang ada disana,orang-orang yang rasanya sudah ga punya harapan hidup,lemes,banyak kerutan di muka dan lusuh..aku cuma nunduk,ga tega..

Setelah diperiksa&disuruh ke lab,aku cepat-cepat pergi..
Di lab,dengan bantuan lagi,aku bisa cepat diperiksa,tapi walaupun begitu harus tetep nunggu..
Di saat nunggu,perasaan ni kok semakin ga karuan liat orang mondar-mandir dengan luka di tangan,bengkak di kaki,benjolan di muka..astaghfirullah,i should see that again..
Dan,pelajarannya kuambil dari sini..pas,diperiksa,sepertinya sang bu dokter galak berkacamata berambut merah tu tau aku dibantu..waktu mengeluh sakit,dia berkata dengan nada tinggi "mbak kalo kaya gitu trus,ini ga cepet selesai!yang di luar udah rame,kelamaan nunggu!"
Ya,aku tau,itu salah,aku pasti juga sebel kalo jadi mereka,tapi (waktu tu) apa mau dikata, ini demi..

Selasa, 17 Maret 2009

start to...

Untuk memulai sesuatu kadang bisa sangat mudah,kadang bisa susah..the easiest one is when it comes unpredictable..

Kadang juga yang ga diduga tu bisa bikin kalang kabut,kalo gampang sih bakal gampang aja,kalo ga..yaah,tau sendirilah..

Akhir-akhir ini yang sedang kualami adalah perasaan suka yang tiba-tiba saja datang setelah sekian lama...bikin tambah nyaman,tapi malah satu waktu bikin gerah...

Walaupun mudah,ternyata masih butuh pertimbangan ya..tapi apa masih butuh ditimbang-ditimbang kalo dirasa nyaman?

Aduh,kayanya aku sama sekali ga bisa menghindari perasaan ini..senyum ga bisa lepas,berusaha memulai memeliharanya?tapi gimana caranya?ah..

Sabtu, 07 Maret 2009

Hanya Teman Sehari

Keinginan nambah temen kayanya bukan hal yang salah kan?tapi kalo blum2 dah sedikit menyebalkan,mana tahaan..

Jadi satu hari diajaklah aku oleh seorang teman(yang punya 2 hape item gede2,sering brdering sibuk&dijawab dengan suara keras,bikin malu)ketemu&menonton,alibinya adalah udah 2tahun ga melakukan hobinya ini..setelah parkir,masuklah ke tempat umum ini,dia pengen beli flashdisk buat pindahin foto yang mau dicetak,blum sempet beli kutawarkan bwt beli tiket dulu..karna masih punya waktu skitar 40 menit,puter2 dulu ah..trus kita berhenti di satu gerai jam tangan,dan dengan entengnya dia beli jam tangan g-shock 700ribu,cash!dah lama pengen&butuh bwt di lapangan katanya..(yeah,okelah,pikirmu aku peduli,cuek)
Ga jadi cetak foto,aku beli pulsa buat ibu,eh dia nimbrung tanya2 soal aplikasi navigasi (lebih lama daripada aku yang beli pulsa) masih dengan suara keras (budeg aku suwi2)
Hhh,makanlah kita,setelah pesan,makan&mengobrol yang tidak terlalu seru,berangkatlah menonton..berhaha-hihi,haha hihi ama film konyol yang banyak dedloknya..
Aah,selesaiii..eeh,dia dong bilang kalo mo beli celana kain,hayuuklah..dengan langkah terseok2 aku nututi jalannya (gila ni orang,kalo kebelet io bilang doong,jangan nyiksa cewek,s**t)
Bilangnya pas tu dah beli atasannya di batik keris,mahal..(wah,makin congkak ngarak ni orang)
Pulaaaang!!hufh,pada dasarnya aku bukan tipikal orang yang rewel kalo buat hal-hal sepele,jadi terima-terima aja ya..tapiii,mari dikerjain sedikit..diantar pulang ke rumahku yang sejauh mata memandang cuma sawah,tapi trus aku memintanya buat nganter ke rumah eyang yang artinya balik lagi..
blum apa2 sih..tapi kalo dibilang tak kenal maka tak sayang..just 1 word..ogah!

Selasa, 17 Februari 2009

Anisa dan Annisa, stumpit story...

Peristiwa ini emang udah tejadi sekitar seminggu yang lalu, tapi ga bisa dilupain dan dimengerti gara-gara saking bodohnya dua orang gobez ini..

Senin, 9 Februari 2009, 13:50
Annisa : Bez, KRS-an kapan ini?
Anisa : Besok ae piye? Aku mo ke Surabaya e..kamu dah bayar SPP blum? Aku blum, males, katanya ngantri
Annisa : Ya udah besok kita KRS-an, bayar sekalian, dimana?
Anisa : Celaket aja ca, ga ngantri, kalo deket kampus sini ngantri soro lho...how?
Annisa : Aduh bo, deket sini ae lho biar bisa langsung KRS-an...sekarang buka SIAKAD dulu di-save trus diprint di rumah...
Anisa : Yawes besok ta’kabari, wes ndang dibuka leptonya..
Booting laptop, ketik alamat web, masukkan password dan mo masukin mata kuliah koook...
Annisa : Bo, kok ga bisa di klik se?
Anisa : Lho, opo’o ca? Aku udah lama ga KRS-an, lupa caranya...
Annisa : Lha ini lho tambah mata kuliah kok ga bisa se?
Anisa : Ehem ca, opo gara2 kita belum bayar ya? Kok pede mo kuliah barang, ne’mau kuliah yo kudu mbayar sek...
NGAKAK

Senin, 9 Februari 2009, 18:14 – by sms
Annisa : Bo, besok kamu jadi mbayar dimana?
Anisa : wes deket kampus aja deh, gpp aku ta’olahraga pagi, jalan dari blakang ke depan...Jam 7 ya nduk...
Annisa : Lho wes kamu turuno di deket toserba tu ntar bareng aku ke banknya...eh, pake amplop2an kayak dulu ta sama map2 gitu? Aku nitip bikinin bo..
Anisa : oiyaya, yowes, ta’bikinin, ni aku dah titip adekku bliin...

Selasa, 10 Februari 2009, 06:45 – by sms
Anisa : Bez, jo’brangkat dulu ya...ni angkotnya lama, ntar kalo aku dah di Soehat, ta’sms..
Annisa : Bez, kamu wes brangkat a? Bentar yo, mobilku masih dibenerin papaku, ada yang rusak..
Anisa : Ca, aku dah mo nyampe kampus...
Annisa : Aduh bo, aku jadinya naik motor, mobilku bannya kempes, s**t! Tunggu ya bo aku akan segera meluncur...
Anisa : Ca, kamu dimana? Aku dah di D3...
Annisa : Motorku ga ada bensinnya bo, j****k! Wes, kita ketemu di bank langsung aja ya, aku ini ya naik angkot...
Anisa : Heeeeeh, aku addooh, mlakune ikiii...
Annisa : Maafkan mbak sabo, aku ni ya jalan kaki , sial!
Anisa : Wes ca, ra popo, mari kita berolahraga, semangat, yak, 1..2..3..1..2..3..

Setelah menempuh jarak yang ga kira-kira dari belakang tempat turun angkot sampe depan kampus tempat bank, eh dasar udah jodoh kali ya, kita langsung ketemu di deket bank...dan di dalam bank, di depan meja mbak2 teller udah antri dua baris yang panjang...
Satpam : mbak, duduk aja yang di sebelah sana, sama saja...
Anisa : Ca, kasian ya yang ngantri itu, nunggu lama berdiri lagi, enak kita duduk, salah liaten bawaanku ga tanggung2 beratnya, 3 buku, laptop...
Annisa : he-em, ngerti be’e kalo kita cape...
Anisa : Btw, pake amplop2an segala ga sih? Anu, ini lho...aku kemaren malem ngprintnya kebalik..
Annisa : Goblik!!
Anisa : Eh,eh, itu Emil bukan sih?
Annisa : Oiya... duh kok lama sih, tu lho kok cepet yang ngantri berdiri...
Emil : Mbayar juga ta rek? Di sini (ngantri duduk) lama soalnya offline..
Annisa :Maksudnya?
Emil : Katanya sistemnya rusak ato apa gitu, mending ngantri yang berdiri aja, kayaknya di situ bisa...

Dasar udah kecapekan, ga bisa mikir jernih, kita pun berdiri dan ikut ngantri di dua barisan itu...
Annisa : Bo, kok ga kedengeran suara printer ya daritadi? Cuma di dokdokdok aja tu..
Anisa : Hah, iya ta? Aduh, se’ca, bukannya kalo da yang rusak semua juga kena ya...
Annisa : Arrgh, bo, liaten yang ngantri di belakang kita tadi dah slese, huh...
Anisa : Nurutin Emil sih....gobez!
NGAKAK

Sampai di kampus dengan membawa slip pembayaran dan niat untuk KRS-an hari itu juga, maka bertanya ke akademik ni slip “offline” mo diapain...ternyata kita harus ke widyaloka lantai 2, buat validasi, untung gedungnya cuma di seberang ...
Anisa : Dimana sih ca kok sepi ni lantai 2?
Annisa : Lho iya bo, tutupan pintunya?
Anisa : Itu kali ca yang rame di bawah...
Annisa : Oiyaiya bo...wadduh, kok ngnatri ngene...gimana trus caranya?

Bertanyalah kita pada seorang cewek yang dandanannya oke dengan memanggil mbak, karena ga familiar ma mukenye dan sekaligus untuk menghormati...Jadi, kita harus naruh slip, divalidasi dan dipanggil ntar...eh, taunya cewek yang tadi kita tanyain, adek tingkat! Baguslah, dia tampak tua, hohoho... Nah, pas nunggu, kita ngobrol-ngobrol trus ada yang dipanggil...
Petugas : ......, Ilmu Hukum!
Anisa : Ya oplet se ca? Emang ada ya ilmu Hukum?
Annisa : Kayaknya ga ada deh...
Sok tau kita ini pikir anak yang dipanggil itu, yang ternyata kita baru sadar kalo dia duduk persis di belakang kita, damn!

Sudah hentikan kebodohan ini, mari kita isi KRS-an sekarang...balik ke RKB, buka leptop, datanglah gobez-gobez lainnya, tenang-tenang, kita akan press conference...
Mengisi dan men-save KRS disambi bercerita, dengan ngakak jaya, dan Annisa untuk kesekian kalinya....
Anisa : Hahaha, yo ngono iku mau, aku mpe kesel...
Annisa : Lho gaaaaaak.......uhukuhukuhuuuk -------- keselek permen karet
NGUAKAAK

Yaoloooooo, sudah sudaaaah...maka, berpencarlah kita ke tujuan masing-masing, biar ga keterusan hal-hal aneh ini...tapi di tujuan masing-masing ini pun masih aja melakukan kebodohan...
Anisa ke perpustakaan kota yang sebenernya kalo masuk tu ga boleh bawa buku dan tas dari luar, dia ga tau ada aturan gitu dan dasar longor penjaganya juga ga meriksa...begitu mo keluar, ketemu ma Nenol dan dia bilang kalo ga boleh bawa perkakas itu semua, untung pas keluar perpus, sensornya ga bunyi tit tut tit tut,gubluk...
Annisa nunggu Cece konsul coz mau bareng ke perpus kampus buat pinjem buku...Sambil nunggu dia ngobrol ma temen-temen yang pas lagi lewat, ga kerasa nunggu udah hampir jam 3, dan ternyata atas informasi seorang teman, Annisa baru tau kalo perpus jam 3 udah tutup! Percuma menunggu...

Selasa, 10 Februari 2009, 17:45 – by sms
Annisa : Bo, kok KRS-nya ga bisa diprint ya?
Anisa : Lho opo’o? Apa beda format pas nge-save ya?
Annisa : Aduh wes, aku ta’ke warnet aja, dibenerin sekalian, biar besok langsung KRS-an...

Selang beberapa lama...
Annisa : Lho bo, kok nilai aplikomnya ga berubah ya? Masih tetep sama yang kayak sebelum kita ke bapaknya itu?
Anisa : Waduh, yaopo ne’gitu....kok bisa sih?
Annisa : Ya udah, ta’print KRSnya aja ya...KHS-nya besok, biar ga mbulet ae...
Anisa : Ya kalo ga gitu, minta ma masnya buka langsung dari flashdiskmu minta diprintkan...
Ga sampe 5 menit....
Annisa : Sek talah bo, kalo aku ngeprint KRSnya sekarang kan IP-nya blum hasil akhirnya kan? Adduuuh, mbuh wes besok ae-lah...
Anisa : Hakakakak, iyoyo, ya udah, mbesok pagi buta ta kita ngampus? Aku mah hayuk aja...
Annisa : Okelah, ngelu aku di warnet ni lama-lama, cece pisan, aaarrrrgghhh...
Anisa : Wes sing sabar, aku hanya terngiang-ngiang kebodohan kita hari ini, jan wes ca, gelak bangetz...
Annisa : Iyo, aku di warnet ae mpe ngikik-ngikik ga jelas...jadi besok gimana, pagi-pagi a yo?
Anisa : Aduduh, pertanyaan stumpit macam apa lagi iniiiiii....

Senin, 02 Februari 2009

FTV Remix

Jadi ga cuma lagu aja ni ceritanya yang di-remix, tapi yang namanya sinetron pun ikutan di-remix...
hari Sabtu lalu menghabiskan malam bareng ibu nonton tipi aja di rumah dengan harapan bisa menghibur hati...
dipilih satu stasiun yang lumayan (karena emang ini-ini aja yang bisa ditonton di malang, sial!), dan bertemulah sama satu judul FTV "Ya Seleb Ya Guru"
Setelah beberapa saat nonton ini film, kok berasa de javu ma ceritanya ya....oke, ternyata sang Seleb yang jadi Guru ini "macak" jadi Bu Muslimah Laskar Pelangi, berjuang nyemangatin muridnya biar bisa menang lomba cerdas cermat tingkat Propinsi...eh, menang dong dan ada detik-detik dimana salah satu anak yang paling pinter tu telat dateng kayak si Lintang, tapi ini versi ceweknya....
Nah, remixnya adalah...anak cewek yang namanya Ninis ini, ga bisa ngelanjutin sekolah karena harus nikah ma juragan kaya yang ada di kampungnya buat bisa ngebiayain ibu dan adik-adiknya, macem sinetron Harreem (haaaah) yang kisahnya diambil dari kisah nyata "Syekh Puji No Kamen" (tidak umum)...
oh, oh, ternyata insan-insan pertelevisian ini ga abis akal ya buat bikin sinetrun-sinetrun based on true story ato justru malah ga kreatif ya mpe harus nyontek dari buku dan film kondang...

Jumat, 09 Januari 2009

PELUK (di) JANUARI

PELUK
Menahun kutunggu kata-kata
yang merangkum semua
Dan kini kuharap kudimengerti
walau sekali saja pelukku

Tiada yang tersembunyi
Tak perlu mengingkari
Rasa sakitmu rasa sakitku
Tiada alasan inilah kejujuran
Pedih adanya namun ini jawabnya

Lepaskanku segenap jiwamu
Tanpa harus kuberdusta
Karena kaulah satu yang kusayang
Dan tak layak kau didera

Kusadari diriku pun kan sendiri
Di dini hari yang sepi
Tetapi apalah arti bersama, berdua
Namun semu semata

Tiada yang terobati di dalam peluk ini
Tapi rasakan semua sebelum kau kulepas selmanya
Tak juga kupaksakan setitik pengertian
Bahwa ni adanya cinta yang tak lagi sama


Lepaskanku segenap jiwamu
Tanpa harus kuberdusta
Karena kaulah satu yang kusayang
Dan tak layak kau didera

Lepaskan segenap hati dan jiwamu
Dan tak layak kau didera

Dan kini kuharap kudimengerti
Walau sekali saja pelukku


(di)
JANUARI
Berat bebanku meninggalkanmu
Separuh nafas jiwaku sirna

Bukan salahmu
Apa dayaku
Mungkin benar cinta sejati
Tak berpihak pada kita

Kasihku sampai di sini kisah kita
Jangan tangisi keadaannya
Bukan karena kita berbeda
Dengarkan, dengarkan lagu-lagu ini
Melodi rintihan hati ini
Kisah kita berakhir di Januari

to re...

Sabtu, 03 Januari 2009

Di antara mozaik-mozaik itu...

Ada kalimat-kalimat mencengangkan..

Bukankah siapa pun selalu tak yakin akan keadaan diri sendiri?Tak pernah ada gambaran utuh itu.Sebagian karena fisika:yaitu terbatasnya informasi dari refleksi kaca dua dimensi.Sebagian karena kecenderungan narsis memuji diri,dan sebagian lagi,bagian terbesar,karena tak sanggup menerima kenyataan pahit bahwa kita ini tak sebaik,tak setampan,sangka kita akan diri sendiri.

Rahasia
Kuberi tahu satu rahasia padamu,Kawan
Buah paling manis dari berani bermimpi
Adalah kejadian-kejadian menakjubkan
Dalam perjalanan menggapainya

Seseorang yang tak diinginkan tapi selalu datang,seseorang yang selalu ditampik tapi terus hadir,lambat laun menjadi seseorang yang diharapkan,dirindukan boleh jadi.Begitulah tenaga dahsyat kebiasaan.Kebiasaan bak hujan,perlahan tapi menundukkan.
(Maryamah Karpov - Andrea Hirata)

Kamis, 01 Januari 2009

Tanggal 1

Semuanya dimulai hari ini,tanggal 1 bulan Januari tahun 2009..

Sudah banyak yang terjadi di tahun lalu,kuliah dengan tugas yang mpe megap2 ngerjainnya,ujian yang ruwet,event yang nguras tenaga,magang&KKN yang ngasih manfaat,kumpul bareng keluarga&teman yang bodoh+menyenangkan..

Sekarang..waktunya menjajaki tahun baru dengan regenerasi resolusi lama..
Ga mau sia-siain duit SPP,500ribu,jadi harus lulus..
Ekspektasi keluarga agar cepet kerja semakin tinggi..
Mencoba menjalani pola hidup sehat,biar tambah sehat tentu..
Semakin mantap untuk hanya memikirkan hal-hal yang penting saja..
Berusaha lebih ikhlas,tapi tetep survive..

Trully,i have no idea to solve this many hard thing,just let it flow..